BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 07 April 2011

PROBLEMA IBU MENYUSUI BAYI

PROBLEMA IBU MENYUSUI BAYI
DR.DAULAT H.SIBUEA
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Di negara berkembang, khususnya didaerah yang penduduknya
berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai
perawatan dan pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat air susu ibu
(ASI) sangat kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan pemberian
makanan bayi diperoleh dari keluarga ataupun teman.
Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan petugas
kesehatan untuk memberikan pengarahan yang tepat. Pada masa menyusui, ibu
sering mengalami problema (mendapat kesulitan) dalam hal menyusui bayinya. Jika
problema ini tidak dapat diatasi, jelas akan mengganggu kesinambungan
pelaksanaan pemberian ASI. Untuk mendapatkan ASI yang memadai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi, kerjasama antara ibu (keluarga) dengan
petugaskesehatan mutlak diperlukan. Kerjasama ini harus dimulai pada kehamilan
trimester pertama.
PROGRAM MASA PRENATAL
Trimester I:
1. Pemeriksaan payudara, untuk mendapatkan adanya kelainan patologis, seperti
tumor, kista, kelainan putting susu.
2. Penyuluhan tentang perawatan dan nutrisi bayi, nutrisi ibu hamil, nutrisi ibu
menyusui, perawatan kesehatan ibu hamil dan nifas, perawatan bayi dan
masalah KB.
Trimester II:
Penyuluhan tentang perawatan payudara (breast care) dan laktasi
Trimester III:
Perawatan payudara (breast care); perawatan hanya pada korpus. Setelah umur
kehamilan 34 minggu, perawatan payudara dapat mencakup putting susu.
PERAWATAN PAYUDARA PADA TRIMESTER-III
Sewaktu mandi, payudara dibasahi dengan air, putting susu jangan disabuni,
kemudian dilap dengan handuk. Setelah umur kehamilan 34 minggu, putting susu di
urut dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk pada dasar putting susu. Tindakan ini
akan mendorong putting susu menonjol keluar. Lakukanlah pengurutan putting susu
sekurang-kurangnya 2 kali dalam sehari. Bila kondisi tempat mengizinkan, ibu dapat
berjemur dengan dada terbuka di ruangan terbuka hingga cahaya matahari
mengenai payudara. Pakailah BH dari bahan katun yang dapat menyangga korpus.
Pada masa menyusui, sebaiknya bagian depan BH terbuka, sehingga putting susu
bebas. Pada malam hari sebaiknya jangan memakai BH.
PERAWATAN PAYUDARA DI KAMAR BERSALIN
Payudara dilap dengan air bersih. Bayi baru lahir dibersihkan, tali pusat di
rawat rawat, lendir dalam mulut dan saluran pernafasan diisap, mata jangan ditetesi dulu dengan nitrate argenti, setelah tindakan ini selesai mulut bayi dihadapkan ke
putting susu.
Bayi dengan nilai Apgar 5 menit pertama dibawah 6, bayi prematur, bayi
dngan kelainan bawaan fistula tracheo esophageal dan obstruksi esophagus, ibu
dengan persalinan operatif, ibu yang mendapat narkose, ibu dengan komplikasi
obsterik (kompilasi persalinan), dan eklampsia, tidak dianjurkan untuk segera
menyusui.
PERAWATAN PAYUDARA SELAMA MONDOK
Ibu dirawat gabung dengan bayinya, kecuali ada kesulitan pada ibu atau bayi
seperti tertera diatas. Ibu menyusui bayinya menurut kebutuhan bayi, jika ASI
belum mencukupi, bayi dapat diberi air susu donor atau susu faormula dengan
memakai sendok (jangan memakai botol susu).
PROBLEMA IBU MENYUSUI DAN PENANGANANNYA
1. Putting susu datar/tertarik kedalam (Inverted Nipple)
Penanganannya:
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol keluar
seperti keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha
selanjutnya adalah dengan memakai Breast Shield atau dengan pompa payudara
(Breast Pump). Jika dengan cara-cara tersebut diatas tidka berhasil (ini
merupakan True Inverted Nipple) maka usaha koreksi selanjutnya adalah dengan
tindakan pembedahan (operatif).
2. Putting susu lecet (Abraded and or cracked nipple)
Penyebabnya:
- Tehnik menyusui yang kurang tepat.
- Pembengkakan payudara
- Iritasi dari bahan kimia, misalnya sabun
- Moniliasis (infeksi jamur)
Penanganan:
- Posisi bayi sewaktu menyusu harus baik
- Hindari pembengkakan payudara dengan lebih seringnya bayi disusui, atau
mengeluarkan air susu dengan urutan (massage)
- Payudara dianginkan di udara terbuka
- Putting susu diolesi dengan lanolin
- Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
- Untuk mengurangi rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika.
3. Pembengkakan payudara (Engorgement)
Penyebab:
Pengeluaran air susu tidak lancar oleh karena putting susu jarang diisap
Penanganan:
- payudara dikompres dengan air hangat
- payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atu dengan pompa
payudara.
- Bayi disusui lebih sering
- Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika
4. Saluran air susu tersumbat (Obstructed Duct)
Penyebab:
1. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi sebagai
akibat air susu jarang dikeluarkan.
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat, setelah itu bayi disusui
- Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
- Bayi disusui lebih sering
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.
5. Mastitis (peradangan payudara)
Penyebab:
Umumnya didahului dengan: putting susu lecet, saluran air susu tersumbat atau
pembengkakan payudara.
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat
- Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetika
- Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan ibu
jangan dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
- Istirahat yang cukup.
6. Sekresi dan pengeluaran air susu kurang
Penyebabnya:
- Isapan pada putting susu jarang, atau diisap terlalu singkat
- Metode isapan bayi kurang efektif
- Bayi sudah mendapat makanan tambahan hingga keinginan untuk menyusu
berkurang.
- Nutrisi (makanan) ibu kurang sempurna
- Adanya hambatan atas let’s down reflex, misalnya oleh karena stress atu cemas
- Obat-obatan yang menghambat sekresi air susu
- Kelainan hormonal
- Kelainan parenchym payudara.
7. Abses payudara
Penyebab: Infeksi bakterial, khususnya staphylococcus virulent
Penanganan:
- Kultur pus atau sekresi dari putting susu, untuk menentukan antibiotika yang
ampuh
- Pus dikeluarkan dengan pompa payudara.
- Atau kalau ada indikasi untuk tindakan operatif, dibuat pengeluaran (drainage)
pus
- Jika penyebabnya bukan bakteri virulent, bayi dapat diberi air susu ibunya asal
saja si ibu sudah diberi antiobiotika 12 jam sebelumnya
- Ibu dengan keadaan penyakitnya berat dan keadaan umum tidak baik, bayi
diberi ASI donor.
8. Tumor Payudara
Tumor payudara yang dijumpai pada masa laktasi, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan biopsi tanpa menghentikan laktasi. Dari pemeriksaan patologi
sediaan biopsi ini, sikap tentang laktasi diputuskan. Laktasi dapat dilanjutkan jika
tumor jinak, kemudian tumor dieksterpasi (dibuang).Jika ibu mendesak untuk
segera dilakukan ekstirpasi, maka permintaan ini dikabulkan tanpa
menghentikan laktasi. Jika ternyata jenis tumor ganas (kanker), maka laktasi
segera dihentikan (bayi disapih). Kanker payudara lebih sering dijumpai pada
kelompok ibu yang tidakmenyusui bayinya dibandingkan dengan kelompok ibu
yang menyusui bayi.
9. Ibu menderita hepatitis atau pembawa kuman (carrier)
Ibu yang darahnya mengandung hepatitis B antigen dapat menularkannya ke
bayi semasa hamil (transplacental), pada waktu persalinan, dan akibat hubungan
(kontak) yang berlangsung lama antara ibu-bayi. Penularan dari ibu kepada bayi
ini dikenal dengan istilah “Vertical Transmission”. Beberapa peneliti melaporkan
bahwa air susu penderita Hepatitis B mengandung hepatitis B antigen, tetapi
penularan melalui ASI belum dapat dipastikan. Bayi yang lahir harus diberi
Hepatitis B immunoglobulin. Ibu yang dalam keadaan infeksi aktif tidak
dianjurkan untuk menyusui bayinya.
10. Herpes
Ibu yang mendapat infeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI. Untuk
mencegah penularan, laktai dihentikan.
11. Persalinan operatif (seksio sesarea)
Seksio sesarea tanpa komplikasi berat, ibu dapat menyusui bayinya 12 jam
pasca persalinan. Sebaiknya obat-obatan untuk si ibu diberikan setelah bayi
disusui. Bayi yang dilahirkan dengan seksio sasarea dan belum dapat disusui, ASI
harus dipompa dan diberikan kepada bayinya dengan menggunakan sendok the.
12. Toksemia
Persalinan pada ibu yang menderita pre eklampsia/eklampsia yang masih
mendapat pengobatan diuretik, antihipertensi ataupun sedativa, sebaiknya bayi
jangan diberi ASI. ASI dipompa dan dibuang, dan bayi diberi air susu ibu dari
donor. Setelah kondisi ibu pulih dan obat-obatan dihentikan, ibu dianjurkan
menyusui bayinya.
13. Tuberkulosis
Ibu yang menderita TBC boleh menyusui bayinya. Si Ibu diberi pengobatan dan
bayi diberi INH atau divaksinasi dengan BCG dari jenis INH resistant straint. Ibu
yang menderita TBC payudara TBC payudara tidka dianjurkan menyusui bayinya.
14. Lepra
Ibu penderita lepra dibolehkan menyusui bayinya. Ibu dan bayi berhubungan
hanya waktu menyusui, setelah selesai, dipisah kembali. Ibu dan bayi diberi
pngobatan oral diaminodiphenyl sulfone.
15. Diare oleh sebab infeksi bakterial
Ibu yang menderita diare oleh bakteri boleh menyusui bayinya setelah lebih
dahulu si Ibu diberi pengobatan.
16. Diabetes melitus
Ibu penderita diabetes mellitus dibolehkan menyusui bayinya.
17. Hypertyroidisme
Ibu penderita hypertyroidisme boleh menyusui bayinya, asal saja kadar T4 dan
TSH dalam darah bayi diukur secara berkala.
18. Psikosis
Ibu yang menderita psikosis tidak dianjurkan menyusui bayinya oleh karena
dikhawatirkan bayi mendapat perlakuan buruk.
19. Ibu bekerja
Penyebab utama penyapihan bayi adalah ibu yang aktif bekerja. Sebaiknya diberi
kesempatan pada si Ibu untuk menyusui bayinya ditempat ia bekerja.
PENUTUP
Keberhasilan program laktasi harus didukung oleh kemauan dan adanya
pengetahuan ibu, petugas kesehatan, dan kelonggaran dari instansi tempat bekerja
bagi ibu yang bekerja. Problema yang timbul harus diatasi bersama dalam rangka
mendapatkan generasi mendatang yang sempurna fisik dan mental.
KEPUSTAKAAN
1. Brinch, J.:Menyusui bayi dengan baik dan berhasil. Ayah Bunda, gaya Favorit
Press.
2. Lawrence, R.A.: Breast feeding. A guide for the medical profession. Second
Edition. The CV Mosby Company, Toronto, 1985.
3. Roberte, W., Vermeersch, Williams (Editor): Nutrition and lactation. Third Edition.
Times Mirror Mosby College Publishing, Toronto, 1985

0 komentar: