BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 13 April 2011

ABORTUS


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian abortus
            Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
            Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu.
HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dinamakan proses plasentasi belum siap.
(Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002)

2.2 Pembagian abortus
            Abortus Iminens
Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks)
Menurut buku obstetri patologi 1984 adalah keguguran yang mengancam
Abortus Insipiens
Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.
Menurut buku obstetri patologi 1984 adalah keguguran berlansung
Abortus Inkomplet
Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
Menurut buku obstetri patologi 1984 adalah keguguran tidak lenkap
Abortus komplet
Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
Abortus Servikalis
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
Mised abortion
Keguguran tertunda, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
Abortus habitualis
Keguguran berulang, abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurang nya 3 x berturut – turut.


2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah
1.Kelainan ovum

Menurut HERTIG dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis ; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embriio, dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum, berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelaninan ovum (50-80%)

2.Kelainan genetalia ibu

Misalnya pada ibu yang menderita :
a.Anomali kogenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)
b.Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fisaka
c.Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa.
d.Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
e.Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

3.Gangguan sirkulasi plasenta

Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

4.Penyakit-penyakit ibu

Misalnya pada :

a.Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti peneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau infasi kuman atau virus pada fetus.
b.Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain
c.Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia gravis.
d.Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vit A, C atau E, diabeters melitus.

5.Antagonis Rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

6.Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis, atau faktor serviks, yaitu inkompetensi serviks, servisitis.

7.Perangsang pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi; umpamanya : sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus; selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.

8.Penyakit Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, pada, dll) sinar rontgen, avitaminosis


2.4 Patologi
            Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena benda yang dianggap asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002).
Pemeriksaan Penunjang

Tes kehamilan : Positif (+) bila janin masih hidup, bahkan 2-3 mg, setelah abortus
Pemeriksaan Dooppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Permeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
                                                              
2.5  Frekwensi
            Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian, frekuensi keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
Menurut SIEGLER dan EASTMAN, abortus terjadi pada 10% kehamilan. RS Pringadi Medan juga mendapati angka 10% dari seluruh kehamilan. Menurut EASTMAN, 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan, sementara SIEMENS mendapatkan 76% (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002).

2.6 Penyebab Abortus
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:
1.      Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterine.
2.      Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3.      Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan..
4.      Riwayat Kehamilan yang lalu
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).

2.7 Klinik abortus
Abortus Imminens
Jika seorang wanita yang hamil muda mengeluarkan darah sedikit per vaginam maka ia di duga menderita abortus imminens. Pendarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin juga disebabkan oleh hal – hal lain dari abortus :
v  Placental sign ( gejala placenta ) ialah pendarahan dari pembuluh – pembuluh darah sekitar placenta.
v  Erosio portionis juga mudah berdarah pada kehamilan.
v  Polyp
Secara ikhtisar abortus imminens kita diagnosa kalau ada pada kehailan muda terdapat :
v  Pendarahan sedikit.
v  Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
v  Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.
v  Tidak diketemukan kelainan pada cervix
Masih ada harapan kehamilan nya berlangsung terus.
Abortus Incipies
Tanda – tanda nya :
v  Pendarahan banyak, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
v  Nyeri karena kontraksi rahim kuat
v  Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
v  Biasanya berakhir dengan abortus
Abortus Incompletus
Gejala – gejala nya adalah :
v  Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, pendarahan berlansung terus.
v  Sering cervix tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang di aggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkan nya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, cervix akan menutup kembali.
Abortus Completus
            Pada abortus completus perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarakan dan selambat – lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi setelah selesai. Cervix juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, maka abortus incompletus atau endometritis post abortum harus dipikirkan.
Abortus Incompletus
Disertai infeksi kemudian :
v  Demam kadang – kadang menggigil
v  Lochia berbau busuk
v  Dapat menimbulkan endotoxin shock
Missed Abortion
Gejala – gejala nya adalah :
v  Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absoprsi air ketuban dan mencerasi janin
v  Buah dada mengecil kembali.
v  Gejala – gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlansung terus.
Biasanya keadaan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat – lambat nya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali maka janin lebih cepat dikeluarkan, sebaliknya kalau kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abotion. ( abortus tertunda )
2.8 Pengobatan
Abortus Imminens
Pasien di suruh :
Ø  Istirahat rebah.
Ø  Diberi sedativa, misalnya luminal, codein, morphin.
Ø  Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengunrangi kerentanan otot – otot rahim ( misalanya gestanon ).
Istirahat rebah tidak usah melebihi 48 jam. Kalau telur masih baik, perdarahan dalam waktu ini akan berhenti. Kalau perdarahan tidak berhenti dalam 48 jam maka kemungkinan besar terjadi abortus dan istirahat rebah hanya menunda abortus tersebut. Jika perdarahan berhenti, pasien harus menjaga diri, jangan banyak bekerja dan coitus dilarang selama 2 minggu. Jika perdarahan disebabkan erosi, maka erosi diberi nitras argentii 5 – 10 %, kalau sebab nya polyp. Maka poylyp diputar dengan cunam sampai tangkainya terputus.
Selanjutnya kita perhatikan apakah janin masih hidup dengan menentukan apakah rahim terus membesar. Jika janin telah mati, maka rahim tidak membesar dan reaksi galli mainni menjadi negatif, tapi baik nya di lakukan sekurang – kurang nya 2 x berturut – turut. Baru kalau gailli mainni 2 x berturut – turut negatif ada artinya.
Abortus Incipiens
Karena boleh dikatakan pasti terjadi abortus maka pengobatan belainan dengan pengobatan abortus imminens. Untuk mempercepat pengosonggan rahim di beri oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebanyak 6 kali. Untuk mengurangi nyeri karena his boleh diberi sedativa. Jika pitocin tidak berhasil, dapat dilakukan curettage asal pembukaan cukup besar.
Abortus incompletus
            Abortus incompletus harus segera di bersihkan dengan curettage atau secara digital. Selama masih ada sisa – sisa placenta akan terus terjadi perdarahan.
Abortus Febrilis
            Abortus incompletus yang telah diseratai infeksi tidak segera di curent, kecuali kalau perdarahan banyak sekali. Jika abortus febrilis dicurent, pagar leucocyt yang menghalangi invasi kuman rusak dan pembuluh – pembuluh darah terbuka, hingga kuman dapat memasuki pembuluh darah tersebut dan terjadilah sepsis. Sedapat nya penderita di beri antibiotika dulu, baru curetage dikerjakan setelah suhu tenang selama 3 hari.
Missed abortion
            Dulu sikap kita menghadapi missed abortion konservatip mengingat :
Ø  Kesukaran teknik dalam melakukan dilatasi atau curetage dilatasi dan curetlage
Ø  Kemungkinan infeksi besar
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortion lebih aktif karena adanya oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dapat dipastikan, diberi pitocin misalnya 10 satuan dalam 500 cc glucose. Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini, sekurang – kurang nya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan laminaris stift
Abortus Habitualis
Yang dinamakan abortus habitualis ialah keadaan dimana telah terjadi 3 x abortus yang spontan berturut – turut. Karena abortus ini berulang – ulang dan berturut – turut etiologinya bersifat tetap dan terapinya ditunjukan terhadap sebab ini.
Sebab – sebab nya dapat dibagi dalam 2 golongan :
1.      Sel benih yang kurang baik, pada saat ini kita belum tahu bagaimana mengobatinya.
2.      Lingkungan yang tidak baik, hal – hal yang dapat mempengaruhi lingungan ialah :
·         Dysfungsi galndula tyreoidea, hypofungsi kelenjer ini dapat di obati dengan pemberian thyreoid hormon.
·         Kekurangan hormon – hormon carpus luteum atau placenta. Kekurangan hormon dilatasi dengan terapi subsitusi misalnya sering diberi progesteron.
·         Defisiensi makanan seperti asam folin.
·         Kelainan anatomis dari uterus yang kadang – kadang dapat dikoreksi secara operatif, uterus duplex
·         Cervix yang incompelent sudah membuka pada bulan 4 ke atas, akibat nya ketuban mudah pecah dan terjadi abortus. Cervix dapat menjadi incompetensi setelah portio amputasi atau karena robekan cervix yang panjang. Abortus karena cervix yang incompetent dapat dicegah dengan operasi shindrodkar atau mac donald.
·         Hypertensia assentialis
·         Golongan darah suami istri yang tidak cocok, sistem ABO atau faktor RH
·         Toxoplasmose

Penyulit abortus
Kebanyakan penyulit abortus disebabkan abortus criminalis walaupun dapat timbul juga pada abortus spontan :
1)      Pendarahan yang hebat.
2)      Infeksi kadang – kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.
3)      Renal failure ( faal ginjal rusak ), disebabkan karena infeksi dan shock. Pada pasien dengan abortus diurese selalu harus diperhatikan. Pengobatan ialah dengan pembatasan cairan dan pengobatan infeksi.
4)      Shock bakterial, terjadi shock yang berat, rupa – rupa nya oleh toxin – toxin. Pengobatan nya ialah dengan pemberian antibiotika, cairan, corticosteroid dan heparin.
5)      Perforasi ini terjadi waktu curettage atau karena abortus criminalis.





0 komentar: